Pasca terselenggaranya Konferensi Meja Bundar yang mengakui kedaulatan Indonesia, tokoh-tokoh Sinode Gereja THKTKHKH Djabar mulai memikirkan dengan lebih intens bagaimana keberadaan sekolah yang diasuhnya dalam negara Indonesia. Akhirnya setelah melalui beberapa pertemuan, Komisi Sekolah serta tokoh-tokoh Sinode Gereja THKTKHKH Djabar bersepakat untuk mendirikan Badan Pendidikan THKTKHKH Djabar. berdasarkan Akta Notaris H.J.J. Lamers di Bandung yang diwakili oleh calon Notaris Tan Eng Kiam.[3], Badan Pendidikan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee Djawa Barat (selanjutnya disingkat BP THKTKHKH Jabar) didirikan dan menjadi lembaga yang terpisah dari gereja.[1] Lembaga ini kemudian menyusun organisasi dan kepengurusan.[1] Pengurus pertama BP THKTKHKH Djabar diketuai oleh Ong Teng Houw, Liem Boen Liong sebagai sekretaris dan Lie Bo Tay sebagai bendahara.[1] Ketika pendirian tahun 1950 ini, aset-aset yang dimiliki oleh BP THKTKHKH Djabar tersebar di enam kota yakni di Jakarta (5 kompleks), Bandung (3 kompleks, di mana 2 kompleks dimiliki bersama dengan sinode Gereja Kristen Pasundan), Cirebon, Sukabumi, Jatibarang dan Indramayu.[1] Pertama-tama, kantor pusat dari BP THKTKHKH Djabar ini berkedudukan di Bandung, tetapi setelah perpindahan kembali ibu kota Indonesia dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1950, maka kedudukan kantor BP THKTKHKH Djabar juga berpindah ke Jakarta.[1]